Trip to Japan

Sejak lulus kuliah, berkat cekokan teman yang terobsesi dengan Jepang, saya jadi ingin sekali menjajakkan kaki di negeri tirai bambu ini. Dan, Alhamdulillah, akhirnya mimpi ke Jepang ini terkabul juga.

Berkat info promo Air Asia dari teman yang lain, saya berhasil beli tiket PP Jakarta (CGK) - Jepang (KIX) dengan harga Rp3.241.000. Bagi sebagian orang mungkin harga ini masih terbilang mahal, tapi buat saya yang sudah sangat ingin ke Jepang, harga ini sudah cukup daripada gagal pergi karena harus menunggu yang lebih murah (ini akibat banyaknya teman yang hanya mengajak tapi berujung batal), apalagi ada teman saya juga yang ingin pergi bersama karena dia kangen Jepang (sebelumnya dia sudah ke Jepang untuk summer course). Selain itu, keberadaan teman saya ini juga sangat membantu saya menekan biaya pengeluaran penginapan. Karena dia punya banyak kenalan di Jepang sehingga selama di Jepang saya menginap di berbagai tempat dari kenalan teman saya ini. Wah, pokoknya beruntung sekalilah saya.

Penerbangan saya ke Jepang (Kansai International Airport [KIX]) tidak direct flight, tapi transit di Kuala Lumpur. Saya tiba di KIX pukul 10.25 malam. Meski sudah larut malam, ternyata masih banyak orang di antrean imigrasi. Meski begitu, proses imigrasinya cukup cepat dan tanpa kendala. Saya dan teman saya berjalan cepat ke area bagasi, karena teman yang menjemput kami sudah menunggu di luar, juga sebentar lagi kereta terakhir ke Osaka (tempat kami menginap di malam pertama) akan berangkat.

Karena sudah malam, saya tidak bisa melihat apa-apa di sepanjang jalan menuju Osaka. Padahal, kata teman saya, KIX Airport ini berdiri di atas lautan. Andaikan sampainya saat Matahari masih ada, saya pasti bisa melihat keindahan dan kemegahannya.

Jadwal hari pertama saya di Jepang adalah Hiroshima. Cara termurah ke Hiroshima dari Osaka adalah dengan menggunakan bus Willer. Lama perjalanannya sekitar 6 jam. Untuk tahu jadwal, rute, harga, dan pembelian tiket bus Willer bisa cek di sini. Saya akan menghabiskan 2 hari di Hiroshima, dan menginap di salah satu kenalan teman saya di Hiroshima.

Hari pertama di Hiroshima, saya mengunjungi area sekitar Taman Monumen Perdamaian Hiroshima (Hiroshima Peace Memorial Park). Penduduk di Hiroshima sepertinya tidak terlalu banyak. Ini karena lenggangnya area di sini, berbeda dengan Osaka. Saya pun langsung jatuh cinta dengan Hiroshima. 

Salah satu sudut di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima. Beberapa pengunjung meletakkan bunga di sini.

Monumen Perdamaian Hiroshima. Ini adalah sisa gedung akibat bom nuklir di tahun 1945 yang tetap dipertahankan dan dijadikan monumen peringatan.

Salah satu sudut lainnya di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima.

Monumen Anak Korban Bom Atom. Monumen ini dibuat untuk mengenang seorang anak yang terkena radiasi nuklir dan percaya dapat sembuh dengan membuat 1000 origami bangau.

Turis yang sedang mengenang tragedi Hiroshima, dan beberapa di antaranya bahkan meletakkan bunga. 

Pemandangan Taman Monumen Perdamaian Hiroshima.

Angka-angak di bawah jam itu menunjukkan tingkat radiasi nuklir (jika saya tidak salah info). Jam ini bisa ditemukan di Museum Perdamaian.

Bagian dalam Museum Perdamaian

Ini adalah baju seragam sekolah yang terkena bom nuklir.

Sisa-sisa bangunan akibat serangan bom nuklir.

Perkakas yang rusak akibat bom nuklir.

Beberapa sudut pemandang di kawasan Hiroshima.




Trem di Hiroshima. Berasa kayak di Eropa ya, lihat trem di tengah jalan. Hehehe.

Gedung penyiaran NHK Jepang cabang Hiroshima.

Obaasan yang mengenakan kimono. Cantiknya.

Tujuan di hari kedua di Hiroshima adalah Miyajima. Karena merupakan pulau yang terpisah dengan Hiroshima, untuk ke Miyajima perlu menggunakan ferry. Ada beberapa titik pelabuhan yang bisa mengantarkan kita ke Miyajima, dan pilihan saya adalah di Pelabuhan Miyajimaguchi yang jarak tempuhnya ke Miyajima sekitar 10 menit. Untuk menuju Stasiun Miyajimaguchi bisa naik kereta dari Stasiun Hiroshima di line 2. 

Ferry yang akan membawa penumpang ke Miyajima.

Tempat masuk ke Pelabuhan Miyajima.

Salah satu view di pelabuhan Miyajima.
Jalan setapak di tepi pantai setelah keluar dari pelabuhan. Sedang hujan saja indah, apalagi tidak hujan.

Beberapa pemandangan di Miyajima.










Torii, "pintu gerbang" Miyajima. Karena langsung terlihat saat masih di ferry menuju Miyajima.

Bertemu couple, kata temen saya sih mereka habis menikah di sini.

Pengunjung yang sedang berdoa.









Usai menjelajah Miyajima, saya kembali ke Hiroshima dan bersiap untuk kembali ke Osaka. Kali ini, saya mengambil bus malam menuju Osaka, dan tetap menggunakan bus Willer. Untuk para backpacker, cara ini ampun untuk mengurangi biaya penginapan. Dan, jangan khawatir, bus malam ini nyaman banget plus ada penutup kepalanya sehingga bisa menghalau sinar lampu saat tidur.

Di hari ketiga, saya sampai di Osaka, yaitu sekitar pukul 6 pagi. Namun, saya tidak bisa langsung menjelajah karena muncul suatu masalah di tempat yang akan saya inapi. Setelah usaha dari teman saya, akhirnya kami mendapatkan tempat untuk menginap di Nara. Maka, kami pun segera berputar haluan menuju Nara. Karena masih wilayah Kansai, perjalanan menuju Nara bisa menggunakan kereta dari Stasiun Osaka, tapi ada beberapa kali transit. 

Saat keluar Stasiun di Nara (saya lupa nama Stasiunnya), saya takjub dengan Nara. Kota ini benar-benar sepi. Mungkin lebih sepi dari Hiroshima. Dan lebih takjub lagi saat berputar-putar wilayah Nara dengan menggunakan bus. Detik itu saya langsung meriset ulang kecintaan saya pada Hiroshima: Nara menjadi kota tercinta saya yang disusul oleh Hiroshima. Sungguh cantik dan damai di Nara ini. 

Namun, hari ketiga ini saya belum menjelajah Nara karena belum tahu tempat-tempat apa yang ingin didatangi. Ya, ini karena awalnya Nara tidak masuk ke dalam list saya. Karena kejadian tak terdugalah akhirnya saya sampai ke Nara, dan saya tidak menyesalinya. Malah saya harus bersyukur dengan kejadian tersebut sehingga saya bisa melihat keindahan Nara.

Di hari ketiga ini saya masih mengikuti rencana awal, yaitu mengunjungi Kyoto. Perjalanan menuju Kyoto bisa ditempuh dengan kereta dari Nara. Selain kereta, bisa juga menggunakan bus dari Osaka, namun bisa jadi lebih lama jarak tempuhnya karena terkena macet. Tujuan pertama yang saya datangi di Kyoto adalah Arashiyama, kemudian ke Kuil Kiyomizudera dan sekitarnya, dan berakhir di Gion tempat biasanya Geisha berada.

Rumah-rumah penduduk yang saya lihat dari dalam kereta saat menuju Arashiyama. Rumah-rumah ini terlihat seperti rumah mainan di mata saya.

Stasiun Arashiyama. Di dekat stasiun ada penyewaan sepeda. Dengan sepeda ini kita bisa lebih nyaman berkeliling Arashiyama tanpa takut kaki pegal kelelahan.

Jembatan Togetsu yang dipenuhi lalu lalang wisatawan.

Hutan bambu Arashiyama. Saking terkenalnya ini hutan, jadi banyak banget pengunjungnya. Sampai jalan aja susah.

Sepasang turis sedang berfoto ria di depan Kuil Tenryuuji.

Kuil Tenryuuji beserta taman dan kolam besar di depannya.

Rumah-rumah di tepi jalan menanjak menuju Kuil Kiyomizudera.

Saat menuju Kuil Kiyomizudera, saya melihat banyak orang yang menggunakan kimono. Entah apakah ada acara atau memang mereka ingin memakainya saja.

Kuil Kiyomizudera yang dipadati wisatawan.

Setiap aliran air ini merupakan air suci yang dipercaya memiliki kekuatan: jodoh, kesehatan, dan pendidikan. 

Beberapa sudut pemandangan di Kuil Kiyomizudera.



Beberapa pemandangan di area Gion.





Sungai Kamo, yang di tepi sungainya sering digunakan penduduk untuk duduk-duduk santai.
Jembatan di atas sungai Kamo.

Nah, di hari keempat, barulah saya mengelilingi wilayah Nara. Saat mengelilingi Nara, saya menemukan keunikan yang membuat saya terpukau: saya menemukan tempat di Nara yang rusanya bisa berkeliaran bebas! Bahkan bisa hilir mudik di jalan raya. 

Rusa-rusa jinak yang berkeliaran bebas.

Pengunjung yang bisa memberikan makan ke rusa-rusa.

Rusa-rusa ini sangat jinak, sehingga tidak masalah jika ada balita yang mendekatinya.

Rusa yang bebas berkeliaran, bahkan hingga ke tengah jalan raya.

Beberapa pemandangan di sekitar area wisata di Nara.


Pagoda di Kuil Kofukuji.

Kuil Kofukuji. 

Yang ini lupa nama kuilnya.

Di hari kelima-tujuh, saya berpindah tempat ke Nagoya-Nagano. Di sini saya berkeliling bersama kenalan teman saya yang memiliki mobil pribadi, sehingga perjalanan saya ini minim biaya. Tempat-tempat yang dikunjungi di sini ada suatu desa tua yang kental sekali nuansa Jepangnya karena semua rumahnya terkesan tradisional seperti rumah-rumah gaya zaman Edo (saya kurang yakin ini di daerah mana, tapi mungkin sekitaran Nagano), kebun stroberi di Miharashi Farm (sumpah stroberinya gede-gede dan manis banget, beda dengan stroberi Indonesia yang kecil dan masam), lalu ke Nabana no Sato untuk lihat-lihat bunga.

Bagian dalam rumah yang bisa langsung dilihat dari luar.

Pelukis jalanan yang ada di sudut-sudut.

Sebagian besar wisatawan yang saya temui adalah kakek-kakek dan nenek-nenek. Tapi mereka terlihat energik banget!

Kincir air.

Bendera ikan yang sering muncul di film-film kartun Jepang.

Beberapa pemandangan lainnya di desa tua ini.


Stroberi yang dikembangkan di dalam green house. Stroberinya banyak sekali meski saat itu sudah memasuki masa akhir berbuahnya stroberi. Di sini bisa makan sepuasnya selama 1 jam. Cara makannya pun unik, dicocol dengan susu kental manis. Hem, lezat sekali.

Tersedia toilet di depan green house.

Green house tempat mengembangbiakkan stroberi. Perkebunan ini luas sekali dan banyak kegiatan yang disediakan selain makan stroberi, misalnya tidak hanya menanam stroberi (tapi lupa ada apa saja di sni).

Pemandangan pagi hari di tempat kami menginap di Nagoya.

Salah satu rumah yang menurut saya indah sekali. Rumah ini ada di dekat tempat saya menginap di Nagoya.

Pemandangan Nabana no Sato dari atas.



Bunga Begonia dalam Begonia Garden. 

Bunga-bunga bahkan sampai menjuntai di atap.


Padang bunga warna-warni.



Dua hari terakhir di Jepang, saya habiskan dengan berkeliling Osaka. Melihat kuil-kuil dan mencicipi restoran Jepang halal yang sering muncul di media sosial.







Sembilan hari di Jepang memang kurang, karena begitu banyak tempat yang bisa dinikmati di Jepang. Semoga bisa kembali lagi suatu saat nanti. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip Korea Selatan - Busan

Trip Bangkok, Thailand

United Kingdom, My Dream