Solo Trip ke Singapura

Alhamdulillah, Allah kembali mewujudkan salah satu mimpi saya: solo trip, berpetualang seorang diri. Buat saya yang sedikit penakut ini, mewujudkan mimpi untuk solo trip butuh perjuangan banget karena harus mengumpulkan keberanian. Mungkin, itulah kenapa Tuhan kasih saya beban berat yang bikin stres sehingga saya punya keinginan kuat untuk liburan meski sendirian.

Tujuan solo trip saya adalah Singapura selama 2 malam 2 hari. Sebenarnya ini bukan pertama kaki saya ke Singapura. Namun, karena ini pertama kalinya solo trip, saya ingin mencoba ke tempat yang pernah saya kunjungi dulu untuk menjajal keberanian saya dan mencari pengalaman dulu.

Kenapa Singapura? Karena di sana banyak tempat favorit saya: Garden. Meski banyak gedung bertingkat, Singapura tetap memerhatikan kebutuhan ruang hijau bagi penduduknya. Dan, tempat inilah yang amat saya butuhkan untuk merilis stres saya, yang sayangnya hanya ada sedikit di Jakarta, itu pun kebanyakan kurang terurus atau hanya ala kadarnya.

Karena tujuan utama saya adalah menyambangi dari satu kebun ke kebun lainnya, jadi tempat-tempat yang saya pilih adalah Chinese Garden, Singapore Botanic Garden (tepatnya ke National Orchid Garden), dan Gardens by the Bay.

Hari Keberangkatan
Karena ingin menjajal tidur di Bandara Changi serta tidak mau membuang cuti yang sudah menipis begitu saja, saya pun memilih untuk mengambil penerbangan Jumat malam pukul 21.35 WIB yang akan tiba di Changi pukul 00.35 waktu Singapura (lama penerbangan hanya 2 jam, tetapi karena Singapura lebih cepat 1 jam, jadi terlihat lama).

Setelah check-in dan mengurus keimigrasian, yang Alhamdulillah tidak ada masalah sama sekali, saya pun berjalan menuju gate 13 tempat penumpang menunggu pesawat sebelum berangkat. Sesampainya di depan gate 13, ternyata di dalam gate masih kosong melompong dan di layar informasi gatenya juga belum tercantum kode pesawat saya. Demi keamanan, karena berdasarkan pengalaman gate pesawat itu suka pindah-pindah, saya menunggu di kursi depan layar informasi gate 13. Dan, benar saja, saat informasi pesawat saya muncul, ruang tunggunya dipindah dari gate 13 menjadi gate 14. Untung sebelahan, klo jauh males banget jalannya.

Karena gate-nya masih belum dibuka, jadi saya masih menunggu di depan layar informasi, takut ada perubahan lagi. Selama menunggu ini, saya berkenalan dengan perempuan yang duduk di sebelah saya, yang akhirnya menjadi teman seperjalanan selama di Soetta hingga Changi, bahkan kami sudah bertukar nomor kontak. Misi pertama dari beberapa tujuan solo trip ini akhirnya terlaksana: mendapatkan teman baru. Semoga pertemanannya lanjut terus, ya.

Oh ya, ada kejadian yang sedikit membuat khawatir saat saya dan teman baru saya masuk ke dalam gate. Saat pemeriksaan tiket dan paspor, ternyata nama yang tercantum dalam tiket teman saya tertukar dengan penumpang lain. Saat diberikan tiket itu oleh petugas check-in, teman saya tidak cek-cek lagi karena beranggapan sudah benar. Secara pas booking nama di tiket yang dia beli sudah sesuai dengan nama dia di paspor. Untungnya ini adalah kesalahan dari pihak maskapainya dan mereka mau mengakui kesalahan tersebut, jadi tiketnya bisa ditukar dengan yang seharusnya. Dari pengalaman ini saya jadi diingatkan lagi kalau mesti hati-hati dan ricek selalu. Jadi, kalau kamu beli tiket, upayakan dicek kembali semuanya. Karena kalau ada kesalahan, sering kali mengurusnya panjang dan lama.  

Pengalaman Tidur di Bandara
Berdasarkan browsing sana-sini, tidur di dalam hall Changi (area yang sebelum urus keimigrasian ya, bukan area luar setelah urus keimigrasian) setelah jam 1 malam itu tidak disarankan karena nanti akan ada petugas yang mengusir, kecuali kamu punya tiket terusan. Ini disebabkan area hall Changi hanya buka sampai sekitar jam 1 saja. Tapi tidak perlu khawatir, karena area di luar hall ini buka 24 jam.

Berdasarkan info itu, saya pun langsung menuju area imigrasi tanpa membuang waktu untuk mencari tempat tidur di area hall. Usai keluar dari area imigrasi, saya mengantarkan teman baru saya dulu untuk mencari taksi yang akan membawanya ke hotel tempat menginap. Di sinilah kami berpisah. Jika Tuhan berkehendak, semoga kita bisa bertemu dan hang out bareng di Jakarta ya. ^^

Setelah melepas teman baru saya, saya pun mulai hunting tempat untuk tidur. Banyak spot di Changi yang bisa dijadikan tempat untuk tidur, baik di Terminal 1, 2, maupun 3. Awalnya saya tertarik untuk tidur di area Viewing Deck yang terdapat di level 3 Terminal 1 karena malas untuk pindah-pindah terminal (pesawat saya mendarat di Terminal 1). Di sini katanya sepi dan ada area bermain untuk anak-anak yang biasanya dialasi karpet sehingga tidur bisa lebih nyaman. Namun, karena menuruti kata mamih yang melarang untuk pergi ke tempat-tempat yang sepi, jadilah saya memutuskan untuk tidur di level 1 samping elevator depan Burger King. Sayangnya, ini adalah keputusan yang amat salah (buat saya pribadi). Di level 1 ini banyak orang yang hilir mudik, sehingga malah membuat saya jadi waspada dan tidur pun jadi tidak nyenyak. Takut kalau tidur pulas ada orang-orang iseng/berniat jahat mendatangi saya dan terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan.

Kursi ini yang menjadi alas tidur saya. Kebetulan saya orang yang bisa tidur di mana saja, jadi kursi seperti ini sudah cukup tanpa perlu rebahan. Tapi,  bagi yang butuh kenyamanan, saya sarankan untuk tidur di level 3 saja.

Hari Pertama
Setelah sekitar 4 jam tidur-tidur ayam, akhirnya Subuh datang juga. Sekarang waktunya hunting tempat shalat. Saya pun mencoba bertanya ke bagian informasi, yang dilayani dengan amat baik. Dia menyatakan bahwa mushola hanya ada di area dalam Changi (tempat saya tiba sebelum mengurus keimigrasian), tapi dia menyarankan saya untuk ke level 3. Di sana suasananya sepi jadi bisa shalat lebih nyaman. Dan, benar saja. Di level 3 sepi dan saya jadi menyesal kenapa tidak mencoba menjelajah ke sini dulu sebelum memutuskan untuk tidur tadi. Padahal di sini lebih nyaman T_T. Ya, tak mengapa. Ini malah jadi pengalaman seru. Semoga nanti bisa mampir lagi ke Changi buat cari tempat tidur. Hahaha...

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 waktu Singapura, saatnya saya berpetualang ke kebun-kebun. Itinerary saya hari ini adalah Chinese Garden dan National Orchid Garden yang berada di kawasan Singapore Botanical Garden. Lalu sebagai bonus, saya berencana untuk menikmati malam dengan melihat keindahan Spectra (pertunjukan air dan lampu di luar ruangan) di Marina Bay Sands dan Garden Rhapsody (pertunjukan lampu di Supertree) di Gardens by the Bay, serta berjalan-jalan santai di tepi sungai di Clarke Quay. Ini semua gratis, kecuali masuk ke National Orchid Garden yang harus membeli tiket seharga SGD 5.

Namun sebelumnya, saya akan mampir dulu ke hostel untuk menitipkan bawaan saya agar tas lebih ringan. Kebetulan hostel saya, Beary Best Hostel yang berada dekat dengan Stasiun Chinatown, mempersilakan untuk menitipkan barang bawaan jika datang atau keluar lebih awal dari waktu check-in atau check-out. Buat para muslim, hostel ini saya rekomendasikan karena dekat dengan masjid (masjidnya persis di belakang hostel) serta ada makanan halal di sekitar masjid. Selain itu, hostel ini juga dekat dengan area Clarke Quay, Marina Bay, dan Gardens by the Bay, serta menyediakan harga khusus untuk tiket ke beberapa tempat, seperti tiket ke konservatorium (Flower Dome dan Cloud Forest) di Gardens by the Bay yang dijual dengan harga SGD 23 (harga asli SGD 28).

Karena di Terminal 1 tidak ada MRT menuju kota, jadi saya naik Skytrain menuju ke Terminal 2, Skytrain ini gratis. Dari Terminal 2 tinggal cari saja tulisan Train to City dan ikuti jalurnya. Sesampainya di depan gate MRT, terlebih dahulu saya membeli tiket single trip. Untuk info mengenai jenis-jenis kartu yang bisa digunakan di Singapura, cara beli, dan menggunakan tiket ini, bisa cek di sini.

Map terbaru MRT per Juni 2017
Berdasarkan peta MRT di atas, untuk menuju Stasiun Chinatown menggunakan MRT di jalur yang berwarna hijau (East West Line). Semua kereta dari dan menuju Stasiun Changi Airport akan berhenti di Stasiun Tanah Merah. Dari Stasiun Tanah Merah, naik kereta yang ke arah Stasiun City Hall di Platform B (di sebelah kiri kalau datang dari arah Changi) dan turun di Stasiun Bugis, lalu lanjut menggunakan jalur yang berwarna biru (Downtown Line) menuju Stasiun Chinatown. Kalau dari peta, bisa juga turun di Stasiun Outram Park lalu lanjut ke Stasiun Chinatown dengan menggunakan kereta di jalur berwarna ungu (North East Line). Lama perjalanan dari Stasiun Changi Airport menuju Stasiun Chinatown sekitar 30 menit.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 saat urusan titip-menitip selesai. Saya pun bergegas ke Stasiun Chinatown menuju Stasiun Chinese Garden agar sampai sana tidak terlalu siang. Untuk Chinese Garden bisa melalui Stasiun Outram Park, tetapi karena jalur menuju Stasiun Outram Park sedang ada perbaikan, jadilah saya mesti balik lagi ke Stasiun Bugis lalu berpindah ke jalur hijau arah Stasiun Jurong East. Lama perjalanan sekitar 45 menit.

Sekitar pukul 10, akhirnya saya sampai di Stasiun Chinese Garden. Chinese Gardennya sendiri berada tepat di depan pintu keluar MRT. Tinggal jalan lurus saja, sekitar 5-10 menit, sampailah di depan pagoda tujuh tingkat (7 Storey Pagoda). Sebenarnya, tujuan saya ke Chinese Garden adalah untuk melihat Japanese Gardennya. Jadi, setelah saya melihat-lihat dan menaiki pagoda tujuh tingkat, saya langsung menuju Japanese Garden. Namun sayang, kenyataannya tidak sebagus ekspektasi saya. Saya kira akan ada taman-taman penuh bunga, tetapi ternyata taman hijau semua. Bahkan taman yang didesain mirip taman Jepang juga hanya beberapa saja. Saya menghabiskan waktu di Chinese Garden sekitar 1,5 jam lalu kembali ke Stasiun Chinese Garden untuk lanjut ke Singapore Botanical Garden agar bisa lebih lama bermain dengan anggrek-anggrek cantik di National Orchid Garden.

Peta Chinese Garden.

Pintu gerbang memasuki kawasan Chinese Garden dengan latar pagoda tujuh tingkat.


Pemandangan dari lantai 7 pagoda tujuh tingkat.

Jembatan penghubung antara Chinese Garden dan Japanese Garden.

Salah satu sudut di Japanese Garden.


Saat di Japanese Garden,  jangan takut kehausan karena ada beberapa spot kran air untuk minum. Letaknya ada di depan toilet. Cara minumnya: tinggal tekan tombol yang ada di kran.

Jika malas jalan kaki, bisa menggunakan sepeda ini untuk berkeliling taman. 

Ini cara agar bisa menggunakan sepeda untuk jalan-jalan.

Yang atap merah itu adalah stasiun MRT Chinese Garden. 

Dari Chinese Garden ke Singapore Botanical Garden bisa naik MRT jalur hijau lalu turun
di Stasiun Buona Vista lalu pindah ke jalur kuning (Circle Line) dan naik MRT ke Stasiun Botanical Gardens. Namun, dari pengalaman sebelumnya, jalan dari pintu masuk di samping MRT Stasiun Botanical Gardens lebih jauh (sekitar 1 jam) daripada jalan dari pintu masuk di Cluny Road (Tanglin Gate, sekitar 30 menit) jika mau ke National Orchid Garden.

Jadi, daripada kakinya capek duluan gegara jalan jauh, mending lama di kereta biar kaki bisa beristirahat. Karenanya, saya memilih naik MRT dari Stasiun Chinese Garden dan turun di Stasiun Orchard, kemudian dilanjutkan dengan bus. Naik busnya dari Orchard Boulevard dengan nomor halte 09022 (kalau mau naik bus, ingat-ingat nomor haltenya dan berapa banyak pemberhentian bus yang dilewati) dan turun setelah 5 pemberhentian bus, yaitu di Opp. Singapore Botanical Garden. Bus-bus yang melewati Singapore Botanical Garden adalah 7, 77, 75, 105, 106, 123, 174, 174e. Untuk lama perjalanan dari Chinese Garden adalah sekitar 1,5 jam.

Posisi halte bus Opp. Singapore Botanical Garden ada di seberang Rumah Sakit Gleneagles. Karena sedang ada pembangunan MRT, jadi mungkin tulisan rumah sakit atau papan petunjuk Singapore Botanical Gardennya kurang terlihat. Kalau tidak terlihat, setelah turun bus langsung naik ke tangga penyeberangan yang ada di dekat halte. Dari anak tangga terakhir setelah turun dari jembatan penyeberangan, jalan lurus saja, jangan ke kanan karena itu rumah sakit. Jalan terus melewati pembangunan proyek hingga menemukan lampu merah dan papan jalan Cluny Road. Kalau sudah lihat itu, kamu sudah bisa melihat gerbang Singapore Botanical Garden yang ada di depanmu, di sebelah kanan. Masuk ke Singapore Botanical Garden tidak bayar, jadi kamu jalan terus saja, tak perlu ragu apakah ada ticket booth atau tidak.

Pintu masuk Singapore Botanical Garden yang berada di Cluny Road (Tanglin Gate).

Proyek pembangunan MRT di depan Singapore Botanical Garden dan Rumah Sakit Gleneagles, foto diambil dari JPO.

Pemandangan dari lampu merah di depan Singapore Botanical Garden. 

Papan petunjuk arah yang tersebar di mana-mana sehingga memudahkan pencarian.

Pintu masuk National Orchid Garden.
















Beberapa pemandangan di dalam area National Orchid Garden. Cantik-cantik kan anggreknya.

Lapangan hijau di dekat National Orchid Garden yang dipakai untuk piknik. Meski dipakai buat piknik, lapangan ini tetap bersih loh, ndak ada sampahnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3.30, sudah sekitar 2,5 jam saya habiskan melihat-lihat anggrek. Karena kaki sudah sangat letih dan juga sudah mulai sore, saya pun memutuskan kembali ke hostel untuk beristirahat sejenak sebelum jalan-jalan malam.

Garden Rhapshody di area Supertree Gardens by the Bay yang dipenuhi pengunjung.

OCBC Skywalk di senja hari. Untuk naik ke skywalk ini dikenakan biaya sebesar SGD 8.

Salah satu spot di area Supertree.

Banyak pengunjung yang menunggu Garden Rhapshody dengan duduk-duduk santai di lapangan hijau. Ini merupakan salah satu spot bagus untuk menikmati pertunjukan lampu di Supertree.
Spectra, pertunjukan lampu dan air mancur di Event Plaza Marina Bay Sands, samping Museum.

Hari Kedua
Hari terakhir di Singapura saya rencanakan untuk dihabiskan di Gardens by the Bay dan mengeksplore bandara Changi.

Karena memperkirakan akan lama di Gardens by the Bay, jadi sebelum berangkat saya terlebih dahulu check-out dan menitipkan barang saya, yang akan saya ambil setelah mengeksplore Gardens by the Bya.

Ke Gardens by the Bay bisa ditempuh dengan menggunakan MRT. Dari Stasiun Chinatown turun di Stasiun Bayfront lalu keluar dari exit B (terpampang jelas papan jalan yang menunjukkan arah ke Gardens by the Bay, tinggal ikuti saja jalur panah papan itu). Keluar dari MRT, sudah langsung memasuki kawasan Gardens by the Bay di area Dragonfly Lake. Jika tidak mau berjalan kaki ke konservatoriumnya, kamu bisa naik shuttle bus seharga SGD 3 untuk seharian dan ke mana saja. Keluar dari Stasiun MRT, jalanlah ke arah kanan. Nanti akan terlihat deretan shuttle bus. Namun, jika memilih untuk berjalan kaki, kamu jalan lurus saja, ambil jalan yang di tengah, ke arah jembatan yang menuju Marina Bay Sands. Tapi jangan naik ke jembatan, melainkan tetap lurus. Nanti kamu akan melihat jembatan lagi yang di dekatnya ada peta Gardens by the Bay yang besar. Dari situ tinggal lurus saja mengikuti papan petunjuk arah.

Papan petunjuk arah menuju Gardens by the Bay.

Jembatan penghubung antara Marina Bay Sands dan Gardens by the Bay.
Beginilah pemandangan di sepanjang jembatan penghubung Marina Bay Sands dan Gardens by the Bay.

Pemandangan Singapore Eye yang diambil dari jembatan penghubung.



Dragonfly Lake, yang kalau pagi dan sore hari suka dijadikan spot untuk duduk-duduk manis sambil berfoto ria.

Tiket untuk konservatorium Flower Dome dan Cloud Forest.










Flower Dome, salah satu area konservatorium di Gardens by the Bay.




Pemandangan di konservatorium Cloud Forest.
Terdapat beberapa papan penjelasan mengenai Rain Forest yang tersebar di beberapa tempat. 

Saya menghabiskan sekitar 4 jam di 2 konservatorium Gardens by the Bay (Flower Dome dan Cloud Forest). Karena sudah siang dan kaki juga sudah lelah, jadi saya memutuskan kembali ke hostel untuk mengambil barang saya, makan siang di sekitar hostel, dan shalat di masjid belakang hostel lalu langsung menuju bandara Changi.

Sekitar pukul 3.30 saya tiba di bandara Changi. Rencana awal ingin berkeliling ke terminal-terminal di Changi. Namun apa daya, kaki sepertinya sudah tidak kuat dibawa jalan lagi plus waktu yang rasanya tidak memungkinkan untuk berkeliling antarterminal. Jadi saya memutuskan untuk langsung ke Terminal 1 dan berkeliling di sana saja.

Itulah akhir solo trip saya di Singapura. Karena transportasi di sana sudah sangat bagus, jadinya ke mana-mana sendiri tidak masalah. Paling perlu waspada saja, karena kejahatan ada di mana-mana, termasuk di negara maju seperti Singapura (ini benar loh, karena setiap naik MRT atau di stasiunnya, sering diumumkan tentang penumpang yang harus terus waspada dan melaporkan ke petugas jika melihat barang atau orang yang mencuriga)

Next Challenge: Solo Trip ke daerah di Indonesia yang trasnportasinya masih simpang siur. Bismillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip Korea Selatan - Busan

Trip Bangkok, Thailand

United Kingdom, My Dream