Tanggal 27-29 Oktober lalu diselenggarakan MotoGP di Sepang International Circuit (SIC), Malaysia. Beruntungnya, aku bisa merasakan hiruk pikuk dan antusiasme para fans motor balap dari seluruh dunia. Nah, aku pun ingin berbagi pengalamanku itu di sini, serta tempat-tempat lain yang aku kunjungi selama di Malaysia kemarin.
|
Sirkuit MotoGP di Sepang, Malaysia |
Aku ke Malaysia selama 4 hari: 27-30 Oktober bersama 3 temanku (dan ini menguntungkan banget karena bisa menghemat biaya transportasi, soalnya perjalananku selama di Malaysia kali ini lebih banyak pakai Uber dibanding transportasi umum). Kenapa aku melebihkan 1 hari, padahal acara MotoGP hanya 3 hari? Karena untuk menghindari antrean panjang bandara serta takut ada delay dari acara MotoGP-nya sehingga selesainya melebihi dari jadwal yang sudah dibuat mereka. Dan, ternyata itu adalah pilihan yang sangat bijaksana. Akan aku jelaskan nanti.
Di hari pertama, aku tiba pukul 9 pagi waktu Malaysia. Karena lapar, aku pun makan dulu di bandara serta mencari simcard handphone. Nah, buat penggemar Drama Korea Goblin dan Descendent of the Sun, pasti ngak asing ya sama resto Subway. Dan, betapa bahagianya aku pas menemukan Subway sekeluarnya dari imigrasi. Aku tidak melihat logo halal sih di situ, namun pramuniaganya ada yang pakai jilbab dan aku pun melihat pengunjung yang pakai jilbab. Karena penasaran, aku pun modal nekat coba makan di Subway. Sejauh melihat menunya sih tidak ada yang mengandung makanan yang diharamkan umat Muslim, tapi ya siapa yang tahu, kan. Jadi, aku pun makan pakai pendoman Bismillah. Semoga berkah Subway yang aku makan. Aamiin.
|
Akhirnya nyobain Subway juga. |
Usai makan dan ganti simcard, aku langsung menuju level 1 tempatnya bus-bus ke segala penjuru nongkrong. Tujuan pertamaku adalah SIC untuk melihat situasi di sana. Selama ada acara di SIC, akan ada bus yang disediakan untuk mengantar penumpang dari bandara KLIA 2 menuju SIC dan sebaliknya. Jadi, tidak perlu khawatir dengan transportasi jika ingin ke SIC selama ada acara di sana. Namun, kalau acaranya tidak ada, sepertinya bus ini juga tidak ada. Bus menuju SIC ini bisa ditemukan di Platform B no 7 (tapi aku tak tahu ya apakah sama setiap tahunnya atau ada perubahan). Sementara, untuk beli tiket busnya bisa beli di counter bus no 10 yang ada di level 1 KLIA 2 dengan harga RM12. Akan ada standing banner yang menunjukkan bahwa itu loket tiket bus menuju SIC, jadi pasti langsung kelihatan. Selain di KLIA 2, bus menuju SIC ini juga tersedia dari KL Sentral dan KLCC-Bukit Bintang.
|
Ini counter untuk beli tiket bus, baik bus ke SIC maupun ke Malaka. Ini aku foto di hari ketiga dan sudah malam, jadi standing banner MotoGPnya sudah tidak ada. |
|
Ini counter untuk pesan taksi, letaknya bersebelahan dengan counter bus. |
Karena baru latihan, jadi hari pertama gelaran MotoGP itu tidak terlalu padat dengan orang-orang, seperti halnya di hari terakhir saat final MotoGP diselenggarakan. Setelah melihat para rider latihan juga melihat-lihat booth yang ada di SIC, aku lalu kembali ke bandara untuk makan siang-malam (karena waktunya sudah lewat dari makan siang dan hampir masuk waktu makan malam), lalu dari situ menuju hostel yang ada di kawasan Sepang. Hostel yang aku pilih adalah Hai-O Hostel. Letaknya sebenarnya sekitar 6 km dari SIC, tapi karena sudah beli tiket bus SIC PP, jadi ya aku balik lagi ke bandara. Kenapa pilih PP? Karena sudah ditakut-takuti sama penjual tiketnya kalau kemungkinan akan ramai jadi bakal susah dapet tiket balik (padahal mah hari pertama itu masih bisa dibilang sepi, kalau dibandingin sama hari ketiga yang orang-orangnya tumpah ruah sampe jalan aja susah), selain itu tidak kepikiran juga untuk pakai Uber di sana. Tapi, lumayan juga sih balik ke bandara, soalnya di SIC resto yang ada kurang aku minati plus harganya juga kayaknya mahal.
|
Pemandangan parkiran bus SIC di hari pertama yang sangat kosong. Bus merah biru itulah yang membawa kita dari KLIA2 ke SIC, juga dari KL Sentral dan KLCC jadi saat pulang mesti perhatikan tujuan busnya ya, jangan asal naik. Btw, kita akan dua kali naik busnya (tanpa bayar lagi), yang pertama dari KLIA2 turun di sini, lalu dari sini naik bus lagi sampai depan tempat racenya (sekitar 300 m dari sini). |
|
Ini adalah hari terakhir race, dan banyak banget orang di sini (semoga terlihat ya orang-orangnya yang berjubelan). |
|
Di sinilah penumpangnya akan turun menuju tempat racenya. |
|
Ini adalah antrean untuk tanda tangan dengan ridernya. Sangat panjang antreannya dan sayangnya hanya berlangsung sekitar 30 menit jadi tidak semua kebagian. Padahal mereka dah panas-panasan dari pagi. |
|
Sepanjang inilah antrean untuk minta tanda tangan rider. Dan di kanan-kirinya adalah booth-booth permotoran. |
|
Saat rider sedang latihan. Duh, sakit banget kuping saat mereka lewat, jadi disarankan bawa earplug untuk melindungi gendang telinga dari kemungkinan tuli. hehhehe. |
|
Saat latihan ini, aku duduk di area Main Grandstand sehingga bisa melihat para rider. Aku pun bisa mengabadikan Rossi dan Marquez. Di hari pertama ini bisa masuk ke area Main Grandstand meski tiketnya bukan untuk area ini, bahkan tidak punya tiket juga bisa masuk karena hari pertama free akses. |
Setelah istirahat sebentar di hostel, aku pesan Uber dengan tujuan KLCC untuk foto-foto cantik di depan menara kembar Petronas. Awalnya, aku pesan Uber untuk sampai di Salak Tinggi. Dari Salak Tinggi aku naik KLIA Transit lalu turun di KL Sentral dan naik kereta menuju KLCC. Namun, karena, lagi-lagi, aku terperdaya dengan mulut manis si supir Ubernya, jadilah aku naik Uber langsung sampai KLCC. Dia bilang dia mau ke KL juga dan lebih enak naik Uber karena bakal di drop langsung depan menara kembaranya, kalau naik kereta kan bakal jalan-jalan dulu untuk sampai ke menara kembar. Biaya yang aku keluarkan sekitar RM53, seharusnya sih RM40 tapi sepertinya kena charge gara-gara pembatalan yang tujuan ke Salak Tinggi itu. Duh, pinter banget ya si supirnya, atau akunya yang terlalu gampang diperdaya :)).
|
Cantiknya gemerlap cahaya di menara kembar. |
Perjalanan dari hostel ke KLCC cukup lama, ada kali sejam. Itu karena macet di mana-mana. Mungkin akan lebih cepat naik KLIA transit yang bisa naik dari Salak Tinggi lalu transit di KL Sentral menuju KLCC, kira-kira lama perjalanannya hanya 30 menit dengan biaya kurang dari RM20. Ya, sutralah. Ini kan jadi salah satu pengalaman menarik selama bertualang di Malaysia. Hahaha *menangis miris.
Sesampainya di KLCC, aku tidak hanya foto-foto cantik di depan menara Petronas, tapi juga muter-muter di dalam mallnya yang super luas. Ada beberapa mall dalam area itu yang saling terhubung, bahkan bisa langsung terhubung ke Bukit Bintang, jadi rawan banget untuk nyasar. Dan, itulah yang terjadi padaku. Saat ingin balik ke hostel dengan menggunakan kereta, aku nyasar saat mencari stasiun keretanya. Tanya satpam, malah dibalas dengan jawaban yang bikin bingung. Untung nemu orang kantoran yang dengan jelas memberikan informasi di mana stasiun keretanya. Aku pun selamat sampai di hostel.
|
Warna-warni cahaya di air mancur depan menara kembar. |
Di hari kedua, aku tidak menonton latihan serta kualifikasi MotoGP, dan memilih untuk menghabiskan seharian itu dengan menjelajah Malaka. Aku berangkat dari hostel pukul 6.30 menuju KLIA 2 Arrival Hall untuk naik bus menuju Malaka yang jam keberangkatannya pukul 7.30 (ini aku lihat di Easybook.com). Aku berangkat naik Uber dengan biaya RM10. Aku sedikit bingung, ada perbedaan jauh antara naik Uber dari Hostel ke KLIA 2 dan dari KLIA2 ke hostel. Kalau dari hostel pasti kisarannya RM10, sedangkan kalau dari KLIA2 selalu di atas RM35. Apakah kalau dari bandara memang mahal karena banyak yang mencarinya, ataukah karena biasanya aku naik Uber dari KLIA2 selalu malam jadi lebih mahal?
Kembali ke pembicaraan soal bus menuju Malaka, aku berangkat pagi agar bisa pergi ke Malaka dengan menggunakan bus yang pergi pukul 7.30 sesuai dengan jadwal yang tercantum pada Easybook.com. Namun sayangnya, saat membeli tiket di counter bus KLIA 2 (lokasinya sama dengan counter bus menuju SIC, di level 1 KLIA 2), jadwal bus yang ada hanya jam 9 dengan tiket seharga RM24. Entah apakah yang jam 7.30 dan jam lainnya sebelum jam 9 sudah penuh atau memang tidak ada, padahal saat itu baru sekitar pukul 6.45-an, jam 7 aja belum, masa bus yang ada jam 9 T_T. Yah, berhubung situasinya seperti itu, jadilah aku cari sarapan di bandara. Setelah dipikir-pikir, selama 4 hari di Malaysia itu, aku lebih sering mampir ke bandara karena akses ke mana-mananya lebih mudah. Mungkin better aku booking hotelnya yang masih di kawasan bandara aja kali ya biar ngak boros untuk Uber. Tapi, ada bagusnya juga sih. Aku jadi tahu seperti apa kawasan Sepang itu, ngak melulu hanya tahu wilayah bandara aja.
Waktu menunjukkan pukul 8.30, aku pun beranjak menuju level 1 ke tempat pangkalan bus yang akan membawaku ke Malaka. Busnya sedikit molor, jadi aku baru berangkat pukul 9 lewat. Lama perjalananku sekitar 2 jam tanpa berhenti di rest area. Jadi, jam 11 aku sudah sampai di Malaka Sentral, yaitu terminal bus yang bercampur dengan mall, kalau di Jakarta mirip dengan Terminal Blok M. Dari Malaka Sentral ini sebenarnya ada bus menuju Bangunan Merah, ikon Malaka yang banyak dikunjungi oleh turis, yaitu bus panorama no 17 atau 8. Bus ini bisa dicari di bagian bus dalam negeri (ini beneran loh namanya dalam negeri, bus ini kayaknya untuk bus-bus dengan rute sekitar Malaka saja). Biayanya sekitar RM3. Namun, saat aku coba lihat biaya pakai Uber, ternyata harganya sama saja atau bahkan lebih murah daripada bus, yaitu sekitar RM7 (kalau dibagi 4 orang [aku kan pergi berempat tuh sama teman-temanku], per orangnya dibulatkan menjadi RM2). Jadilah aku naik Uber daripada menunggu busnya.
Sesampainya di Bangunan Merah, ternyata di sana sudah penuh dengan orang. Mungkin karena hari Sabtu ya, jadi orang-orang tumpah ruah di sini, juga ada anak-anak sekolah yang sepertinya sedang study tour. Penjelajahanku di Malaka sekitar 3 jam. Jika ditanya cukup atau tidak, ini relatif ya. Karena aku tidak masuk ke dalam museum yang banyak bertebaran di sini, juga jalannya hanya lihat-lihat saja. Mungkin untuk yang ingin masuk ke museum dan melihat lebih detail setiap sudutnya, waktu 3 jam itu terasa sangat kurang. Jadi, lama tidaknya kembali ke masing-masing orang.
|
I 💜 Malaka dengan latar Christ Church. |
|
Gereja ini menjadi salah satu bangunan yang berdiri di kawasan Bangunan Merah atau nama lainnya Stadthyus. |
|
Dengan becak ini bisa berkeliling Malaka selama 1 jam dengan biaya sekitar RM40. |
|
Sungai Malaka. |
|
Jongker Walk, tempat beragam makanan bisa ditemukan. Namun, karena kawasannya identik dengan Chinese, aku kurang tahu apakah makanannya halal. Tapi, sepertinya sih makanannya seperti umumnya hanya dikemas dengan budaya China. Silakan cek sendiri untuk meyakinkan. |
|
Suka banget dengan art-art yang ada di tembok-tembok kawasan Malaka ini. Cantik-cantik. |
Usai menjelajah, tujuan berikutnya adalah makan Korean Food di restoran Eid yang ada di Bangi. Aku sudah lama banget ingin ke sini, karena banyak yang bilang kalau cita rasanya benar-benar mirip dengan yang di Korea (plus ownernya adalah orang Korea asli) dan halal. Sulit kan mencari makanan Korea halal di Jakarta, apalagi kalau yang punya orang Korea. Rata-rata makanan Korea di Jakarta rasanya sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
Nah, karena tujuan berikutnya adalah ke Bangi, jadi bus yang aku naiki adalah yang tujuannya ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS), yang tiketnya bisa dibeli di bagian bus luar negeri (kayaknya sih bener namanya begitu, kan busnya untuk rute ke luar Malaka) di counter 2B dan 2E. Harga tiketnya lebih murah, yaitu RM10, dan lama perjalanannya juga sekitar 2 jam. TBS ini benar-benar terminal modern nan mewah, kalau kata temanku mirip kayak bandara. Keren abislah pokoknya.
Untuk ke Eid Halal Resto, aku naik Uber, karena aku tidak menemukan transportasi umum yang mengarah ke sana. Begitupun untuk pulang ke hostel. Sepertinya daerah Sepang dan sekitarnya sedikit sulit untuk transportasi umumnya ya, atau memang aku yang kurang informasi ya?
Hari ketiga, hari yang dinanti-nanti oleh para fans balap motor, pun tiba. Meski seluruh badan lelah karena harus bangun pagi-pagi terus, tapi aku tetap semangat untuk melihat balapan (juga lihat bule-bule, kali ada yang kecantol). Aku berangkat pukul 6.30 menuju bandara KLIA 2 Arrival Hall. Kenapa ke bandara lagi? Untuk cari sarapan. Soalnya hostelku dan sekitarnya tidak ada yang jual makanan. Kalau mau beli pun tetap harus naik Uber karena sedikit jauh tempatnya. Jadi, mending langsung ke bandara saja, secara pilihan makanannya lebih banyak.
Sesampai bandara, aku langsung ke level 1 untuk beli tiket busnya, takut sudah antre panjang. Eh, ternyata loketnya belum buka. Jadilah aku sarapan dulu dan baru balik lagi sekitar pukul 8. Sampai di depan loket tidak ada antrean, sehingga aku bisa langsung beli tiketnya. Takut susah mendapatkan tiket saat pulang, aku memutuskan untuk langsung beli tiket PP. Toh, kalau langsung pulang dari SIC juga pasti mesti cari makanan untuk makan malam. Jadi, mending ke bandara aja sehingga bisa puas pilih-pilih makanan dan cari yang murah meriah.
Di dalam bus ternyata sudah ada beberapa orang, untungnya aku masih ke bagian duduk. Setelah sekitar 15 menit, bus akhirnya berangkat. Namun, kali ini waktu tempuhnya sedikit lebih lama daripada yang aku rasakan saat hari Jumat lalu. Ini karena jalur menuju SIC padat dengan kendaraan yang ingin menonton balap motor. Karenanya, untuk yang ingin menonton balapan di SIC ini, aku sarankan untuk berangkat lebih pagi. Semakin siang, jalanan semakin padat sehingga macernya menjadi lebih parah.
|
Bus menuju SIC penuh dengan penonton, ini beda banget dengan hari pertama yang ngak perlu ada orang berdiri. |
|
Parkiran motor yang sudah penuh hingga membuat antrean motor yang ingin parkir mengular. |
Aku tiba sekitar pukul 9, dan di sana sudah sangat ramai dengan orang juga kendaraan yang akan parkir. Wah luar biasalah pokoknya. Saking banyaknya orang, mau ke kamar mandi, juga beli minuman dan makanan saja antrenya bisa lama banget (di sini tidak boleh bawa makanan dan minuman, minuman hanya boleh 1 botol air mineral ukuran 600 ml). Dan, yang lebih parah lagi adalah seusai race. Orang-orang tumpah ruah untuk kembali ke habitatnya masing-masing sehingga jalan saja cukup susah. Dan, menderitanya lagi, antrean bus menuju KLIA2 sangatlah panjang T_T. Ada kali satu jam lebih aku antre untuk dapat bus. Untung dah beli tiket PP, coba klo belum, jadi dua kali antre: antre beli tiket dan naik bus. Betis pasti bekonde banget ituh. Nah, dari sinilah kenapa aku bilang pilihanku bijak untuk nambah hari, bukan pulang langsung tanggal 29 seusai race. Bayangkan, kalau aku pulang hari itu juga, aku pasti ketar-ketir karena gelisah apakah mungkin aku bisa sampai bandara tepat waktu. Antre naik busnya aja panjang dan lama, belum lagi jalanan yang macet, lalu antrean imigrasi yang pasti juga panjang karena itu hari minggu dan kemungkinan banyak orang yang pulang ke negaranya masing-masing. Belum lagi klo ternyata racenya delay, yang seharusnya jam 3 sudah selesai tapi mungkin baru jam 7 selesai. Bisa ngorek-ngorek aspal deh. Jadi, saranku, kalau tidak urgent-urgent banget sampai harus pulang hari Minggu, better pulang hari Senin. Bisa lebih santai dan ngak kena sakit jantung mendadak.
|
Penuhnya tribun Marquez saat pertandingan di hari ketiga. |
|
Bandingkan dengan hari pertama yang masih terlihat bangku kosong di mana-mana. |
|
Tribun Rossi yang juga dipenuhi oleh fansnya. |
|
Area kuning ini adalah pendukungnya Rossi. |
|
Sumpah ini bukan lagi demo, tapi ini pendukung Rossi yang turun ke pit. Banyak ya. |
|
Beruntungnya bisa mengabadikan Rossi tanpa helm. |
|
Begitu juga dengan Marquez. |
Lalu, apa yang aku lakukan di hari terakhir?
Karena tidak banyak waktu yang bisa dihabiskan, serta kelelahan yang amat sangat karena beberapa hari terakhir mesti bangun pagi terus, jadilah hari terakhir di Malaysia itu kugunakan untuk berleha-leha di kamar dan ditutup dengan mampir ke Mitsui Outlet Park untuk cari oleh-oleh. Mitsui merupakan mall yang didominasi oleh produk-produk Jepang. Letaknya tidak terlalu jauh dari bandara, sekitar 10 menit naik free shuttle bus yang disediakan oleh mallnya (untuk jadwalnya bisa lihat di
sini). Di sini juga tersedia free locker untuk menitipkan barang-barang kita serta bisa check in online, jika airline yang kita gunakan menyediakan layanan ini, salah satunya adalah Air Asia.
Dan, itulah pengalamanku selama 4 hari di Malaysia saat ada perhelatan MotoGP. Semoga tulisanku ini bermanfaat bagi yang ingin ke Malaysia saat ada perhelatan ini lagi atau tanpa adanya acara ini.
Catatan: daerah Sepang ini sepi banget dengan rumah penduduk dan pencahayaannya sedikit, jadi menyeramkan banget kalau malem-malem, apalagi untuk keluyuran tengah malem. Selain itu, sejauh mata memandang, aku tidak menemukan bus umum di sini sehingga kalau mau ke mana-mana mesti pakai Uber atau Taksi. Untuk Uber sendiri cara menggunakannya sama persis dengan yang di Indonesia, hanya saja perlu diganti nomor handphonenya dengan nomor lokal. Aku baca dari beberapa website, supir Uber tidak akan mengangkut jika nomor yang tertera bukan nomor Malaysia, soalnya mereka khawatir yang pesan itu fiktif dan hanya iseng belaka.
Komentar
Posting Komentar