Sejak beberapa tahun silam, aku punya mimpi untuk menggenapi penjelajahanku di kota-kota besar yang ada di Pulau Jawa. Salah satunya adalah Cirebon, dan Alhamdulillah minggu lalu aku berhasil mewujudkannya. Memang ya, kita itu harus punya mimpi, terwujud enggaknya itu urusan Tuhan, yang penting kitanya usaha dan doa. Masya Allah.
Aku di Cirebon hanya 2 hari 1 malam, Sabtu pagi berangkat dengan menggunakan kereta Sawunggalih yang berangkat pukul 8.15 dari Pasar Senen dan pulang dengan Cirebon Express yang berangkat pukul 16.45 dari Stasiun Cirebon. Lama perjalanan kurang lebih 3 jam. Karena aku ke Cirebon bersama 3 temanku, jadi sebagian besar perjalanan menggunakan Grabcar atau Gocar, sehingga lebih murah. Selama 2 hari di Cirebon, biaya transportasi sekitar Rp100.000 berempat, atau sekitar Rp25.000 per orang. Ini karena jarak dari satu tempat ke tempat lain tidak terlalu jauh, sekitar 5 km. Hanya dua tempat saja yang sangat jauh posisinya sehingga biaya yang dikeluarkan sampai Rp20.000 (untuk berempat), yaitu ke Taman Sari Gua Sunyaragi dan Batik Trusmi (bukan trust me yak, hahaha).
|
Stasiun Cirebon. |
Seperti biasa, sebelum perjalanan dimulai, aku pasti mengusahakan untuk membuat itinerary terlebih dahulu agar tahu mau ke mana saja. Rencana perjalanan pun disusun dengan daftar seperti ini: Di hari pertama wisata kuliner ke Nasi Jamblang Ibu Nur, Shalat di Masjid Raya At-Taqwa, Taman Sari Gua Sunyaragi, Pantai Kejawanan dan diakhiri dengan wisata kuliner lagi ke Empal Gentong Haji Apud. Lalu di hari kedua wisata kuliner lagi di Pasar Kanoman dengan pencarian utama adalah docang, Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan dan shalat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, belanja oleh-oleh di Batik Trusmi.
Di hari pertama, sesampainya di Stasiun Cirebon, aku langsung pesan Gocar menuju Nasi Jamblang Ibu Nur yang kata beberapa website itu enak. Mungkin karena cukup terkenal, jadilah pas sampai di sana penuh banget. Alhasil, aku yang sudah kelaperan memilih untuk ganti tempat makan. Beruntungnya di depan Nasi Jamblang Ibu Nur ini ada Empal Gentong Ibu Nur, mungkin dia juga punyanya Nasi Jamblang Ibu Nur. Terlihat masih ada beberapa kursi kosong, aku pun langsung duduk di situ dan memesan makanan sebelum diserbu pengunjung lain yang juga memilih untuk banting setir dari Nasi Jamblang karena panjangnya antrean. Di sini menunya ada empal gentong, empal asem (sama seperti empal gentong, tapi kuahnya bening dan sedikit asam, sedangkan empal gentong kuahnya bersantan), dan nasi lengko. Empal asem dan nasi lengkonya enak, sedangkan untuk empal gentongnya aku lebih saranin untuk makan di Empal Gentong Hj. Dian yang lokasinya ada di Jl. Juanda (tidak jauh dari Batik Trusmi). Itu lebih enak daripada yang di Ibu Nur (menurutku dan teman-temanku)
|
Empal asem yang rasanya seger banget. |
|
Nasi lengko, bumbu kacangnya maknyus ini. |
Perut sudah kenyang, jangan lupa shalat. Aku pun pesan Gocar lagi menuju Masjid Raya At-Taqwa. Di samping masjid ini ada alun-alun yang di sampingnya ada banyak jajanan dan kalau malam suka ada pedagang kaki limanya. Selesai shalat, aku mampir dulu ke warung-warung yang ada di samping masjid untuk mencoba mie koclok. Rasanya manis gurih gitu, unik. Setelah makan, aku check in di Ibis Budget Hotel yang letaknya sekitar 400 m dari masjid. Karena dekat, aku pun memilih berjalan kaki. Setelah istirahat sebentar, perjalanan dilanjutkan ke Taman Sari Gua Sunyaragi. Sayangnya, sesampai di gua hujan turun, jadi aku sedikit berbasah-basahan saat melihat-lihat gua karang ini.
|
Masjid Raya At-Taqwa. |
|
Mie Koclok yang rasanya manis gurih. |
|
Ini bukan lagi demo, tapi sedang latihan untuk menjaga keamanan saat pilkada nanti. Seru banget deh, ada adegan Fast Furiosnya, yaitu polisi yang ngebut-ngebutan ngejar penjahatnya. Beruntung banget bisa lihat yang beginian dari depan hotel. |
|
Kebetulan malam saat aku berkunjung akan ada acara dari salah satu partai dan beberapa area gua diberi lighting sehingga terlihat indah. |
|
Salah satu sudut di Gua Sunyaragi yang tersusun dari batu-batu karang. Aku sarankan menyewa guide untuk mengetahui sejarah-sejarah yang ada di kawasan ini, karena ternyata sejarahnya cukup seru. Bayar jasa guidenya juga terserah kita, tidak dipatok. HTM ke guanya sebesar Rp10.000. |
Setelah dari Gua Sunyaragi, rencananya mau ke Pantai Kejawanan. Namun, karena hujan yang semakin deras dan hasrat yang ingin mencoba nasi jamblang karena siang tadi tidak kesampaian. Akhirnya diputuskanlah untuk beralih lokasi ke Nasi Jamblang Mang Dul. Ini berdasarkan rekomendasi dari beberapa situs yang menuliskan bahwa nasi jamblang yang enak adalah merek Ibuk Nur dan Mang Dul. Namun sebenarnya, kalau menurut penduduk lokalnya (aku tanya ke guide di Gua Sunyaragi dan driver ojol), mereka menyebut nama warung lain yang lebih enak. Karena, aku masih penasaran dengan dua merek warung tersebut, secara di situs mana pun nulisnya 2 merek itu, jadilah aku memilih ke salah satu merek tersebut. Dan, hasilnya, menurutku biasa saja rasanya. Tapi, entah ya kalau menurut lidah yang lain. Secara ini, kan, selera.
Di hari kedua, aku ke Pasar Kanoman untuk mencari docang. Hasil Googling, docang ini ada di mana-mana, khususnya di Pasar Kanoman. Dan memang benar, di Pasar Kanoman bisa ditemukan beberapa warung docang. Karena tidak dapat rekomendasi mana yang enak, aku pun memilih warung terdekat. Rasa docang di warung ini enak, meski sedikit asin. Atau, memang seperti itu rasanya? Setelah makan docang, aku muter-muter pasar untuk mencari jajanan unik yang bisa diicip, tetapi malah berakhir dengan beli oleh-oleh. Hehehehe. Setelah berpusing memilih oleh-oleh, aku memilih untuk mengunjungi Keraton Kanoman karena letaknya yang sangat dekat dengan pasar. Keraton ini sayangnya kurang terurus, tapi saat berkunjung sedang ada pembangunan. Semoga ke depannya nanti keraton ini jadi lebih bagus dan terawat. Tidak ada biaya masuk di sini, kecuali untuk ke museumnya dan bayar jasa guide yang besarnya seikhlasnya saja (tidak ada patokan harganya).
|
Docang, isinya adalah lontong, toge, singkong, dan kerupuk lalu disiram dengan kuah yang menurutku kayak lodeh gitu. |
|
Keraton Kanoman yang sayangnya kurang terawat. |
|
Pendopo Keraton Kanoman. Di sinilah sultan menjamu tamunya. |
|
Bagian dalam pendopo Keraton Kanoman. |
Saat pukul menunjukkan pukul 10, itu tandanya aku harus bergegas kembali ke hotel untuk check out. Usai check out, tujuan selanjutnya adalah Batik Trusmi, makan siang di Empal Gentong Hj. Dian, dan Keraton Kasepuhan Cirebon. Karena waktu yang mepet, jadi pas di Keraton Kasepuhan aku hanya lihat-lihat saja dan tidak memakai jasa guide.
|
Empal asem di Hj. Dian, yang menurutku masih enak dan segeran Ibu Nur. Tapi klo empal gentong, Hj. Dian ini juaranya. |
|
Nasi Lengko Hj. Dian, seperti empal asem, nasi lengko ini juga bagiku masih lebih enakan Ibu Nur. |
|
Empal Gentong Hj Dian yang tidak jauh dari Batik Trusmi. Setelah berlelah cari oleh-oleh di Batik Trusmi, nikmat banget makan di sini untuk mengisi energi. |
|
Keraton Kasepuhan Cirebon. Ada HTMnya sebesar Rp15.000. |
|
Salah satu sudut di Keraton Kasepuhan. |
|
Bagian ini dilarang masuk bagi umum. Jadi bagian ini khusus untuk keluarga kesultanan. Dan, sepertinya sedang ada keluarga kesultanan di sini, melihat banyaknya sepatu di depan pintu. |
|
Gerbang merah itu banyak sekali ditemukan di Cirebon. Ini seperti ciri khasnya Cirebon. |
Yups, kurang lebih begitulah pengalamanku menjelajah Cirebon selama 2 hari 1 malam. Jarak tempat wisata di Cirebon berdekatan, jadi biaya transportasi tidak akan terlalu mahal. Semoga tulisanku ini bermanfaat bagi yang mau eksplore ke Cirebon. Dan, di bawah ini aku cantumkan rincian pengeluaranku selama 2 hari di Cirebon (bruto, ya).
Rincian pengeluaran (dibulatkan ke atas):
Tiket kereta PP: Rp270.000
Hotel Ibis Budget 1 malam: Rp156.000
Ojek Online: Rp25.000
Empal gentong/asem Ibu Nur: Rp25.000
Nasi putih: Rp5.000
Nasi lengko Ibu Nur: Rp11.000
Mie Koclok: Rp15.000
HTM Gua Sunyaragi: Rp10.000
Jasa pemandu: Rp13.000
Nasi Jamblang Mang Dul: Rp15.000 (harga bervariasi tergantung menu yang dipilih)
Docang: Rp10.000
HTM Museum Keraton Kanoman: Rp10.000
Jasa pemandu: Rp13.000
Empal gentong/asem Hj. Dian: Rp23.000
Nasi Lengko Hj. Dian: Rp11.000
Nasi putih: Rp5.000
HTM Keraton Kasepuhan: Rp15.000
Total: Rp632.000 (bruto)
Happy travelling ^^
Komentar
Posting Komentar