Awal perjalanan ini dimulai saat aku membaca buku Resign karya Almira Bastari. Adegan yang menampilkan latar Langkawi membuatku ingin melihat langsung keeksotisan pulau ini. Padahal, jauh sebelum buku ini ada, aku sudah tau tentang pulau ini, tetapi tak sedikit pun ada keinginan untuk ke sana. Tuhan ternyata mendengar mimpiku itu, dan awal bulan Desember ini, aku diberikan anugerah untuk menapakkan kakiku di sini.
Hari Pertama
Penerbangan dari Jakarta menuju Langkawi tidak ada yang langsung, sebagian besar harus transit di Kuala Lumpur dulu. Beruntungnya, aku dapat tiket promo Smart Combo dari Traveloka dengan menggunakan maskapai Malaysia Airlines, sehingga aku mendapatkan tiket seharga Rp1.851.400 PP. Sebenarnya Air Asia ada yang lebih murah untuk tanggal yang kupilih ini, tapi bedanya sedikit, mungkin 300ribuan. Karena bedanya tipis, aku lebih memilih Malaysia Airlines karena dia sudah full service: dapat makan, dapat bagasi.
Aku transit cukup lama di KLIA, sekitar 6 jam. Namun sayangnya, waktu ini cukup pendek jika ingin mampir ke KL, apalagi antrean imigrasinya suka panjang (aku mengantre sekitar 1,5 jam!!). Karenanya, aku pilih menghabiskan waktu transit di KLIA2 yang memiliki banyak gerai makanan dan hal-hal lain yang bisa dilihat, soalnya di KLIA tidak banyak yang bisa dilihat atau dilakukan.
Untuk ke KLIA2 dari KLIA aku naik free shuttle bus yang ada di level 1 KLIA. Free shuttle ini beneran gratis tanpa mesti tunjukin apa pun, tinggal naik saja. Posisinya ada di dekat pintu 4, cari saja banner free shuttle bus berwarna ungu. Bus ini ada setiap 10 menit dan beroperasi 24 jam, jadi klo tiba tengah malam dan ingin pindah dari KLIA ke KLIA2 tidak perlu khawatir.
Perjalanan dari KLIA ke KLIA2 sekitar 15 menit, sedangkan dari KLIA2 ke KLIA sekitar 30 menit karena busnya mampir dulu ke LTCP (Long Term Car Park) dan kita mesti tuker bus di sini (itu sih yang aku alami selama bolak-balik KLIA-KLIA2).
|
free shuttle bus. Foto dari sini dan informasi lengkapnya bisa cek di link tersebut. |
Aku tiba di Langkawi International Airport sekitar pukul 21.00. Tidak ada pengecekan imigrasi, karena sudah dilakukan di KLIA tadi. Jadi, aku tinggal keluar saja. Karena sudah malam dan lelah, aku memilih taksi untuk mengantar ke penginapan dibanding Grab yang khawatir akan menunggu lama dan ribet nanya-nanya posisi. Untuk memesan taksi cukup ke counternya yang ada di dekat pintu keluar area taksi. Petugas akan menanyakan lokasi menginap dan biaya yang harus dibayar. Setelah bayar, kita akan dikasih kuitansi yang di dalamnya tertera nomor taksinya. Pas keluar tinggal tunjukkan kwitansi itu aja ke petugas yang langsung stand by, nanti dia yang akan arahkan kita ke taksinya.
Biaya taksi dari airport ke penginapanku, Malibest Resort yang ada di Pantai Cenang, adalah 30 RM tanpa tambahan biaya lagi. Untuk penginapannya sendiri, aku pesan melalui Booking.com dan memilih bayar di tempat. Biaya penginapan di Malibest Resort untuk 2 malam adalah 418 RM, tapi karena ada kebijakan pemerintah yang menerapkan pajak 10 RM per malam per kamar untuk turis, jadi aku menambah 20 RM dan 100 RM untuk deposit (deposit ini akan dikembalikan saat kita check out).
|
Kamarnya cukup luas dan bersih. |
|
Kamar mandi yang bersih, dan disediakan pula handuk plus sampo serta sabun. |
|
Pemandangan dari balkon. Pantai hanya beberapa meter dari kamarku. Rumah-rumah di depanku ini adalah chalet milik Malibest. Jadi selain kamar biasa, di sini juga ada chalet dan rumah pohon. |
Hari Kedua
Tujuan di pagi pada hari kedua ini adalah menjelajah Mangrove dan Kilim Geopark. Untuk ke sini aku menggunakan paket tur yang disediakan oleh Malibest Resort karena ada diskon tur bagi tamu yang menginap, yaitu dari 120 RM menjadi 90 RM. Lumayan banget kan! Inilah alasan aku kenapa mengambil penginapan di Malibest. Selain itu, tur yang disediakan Malibest adalah salah satu tur terbaik di Langkawi, dan ini aku setuju banget, meskipun belum bandingin dengan penyedia tur-tur lainnya. Pertama kali coba tur dari Malibest ini aja sudah suka banget!!
Tur ini sudah include dengan antar jemput dari penginapan, makan siang, dan guide yang profesional (kita pun tidak perlu tambah tip untuk guidenya). Jadi, murah meriah banget. Karena aku cari tur yang lain itu ada yang belum include makan siang, ada tambahan tip buat guide, dan ngak jelas apakah diantar jemput atau langsung ketemu di dermaganya.
|
Dermaga, titik awal dan akhir petualangan Mangrove + Kilim Geopark. |
|
Tur guide kami yang sangat profesional dan bisa membuat pesertanya tertawa. Suka sekali sama bapak ini. |
Selain tur Mangrove + Kilim Geopark, ada juga tur hop-hop island. Namun, saat kubaca-baca pengalaman orang yang melakukan tur hop-hop island, kok, rasanya kayak hop-hop island yang diadakan sama agen tur di Pulau Tidung, Pulau Harapan, dan pulau lainnya di Pulau Seribu Jakarta. Karenanya aku skip hop-hop island ini dan memilih Mangrove + Kilim Geopark yang sepertinya lebih menarik. Dan ternyata memang sangat menarik, apalagi guidenya benar-benar jago banget menjelaskan segalanya sehingga kita tertarik untuk mendengarkannya.
Lama tur ini sekitar 5 jam, kami dijemput pukul 9 tepat, lalu menjemput peserta lainnya yang tersebar di beberapa hotel. Dari hotel menuju dermaga plus antar jemput menghabiskan waktu skeutar 45 menit. Turnya sendiri dimulai sekitar pukul 10.00 dan selesai sekitar pukul 15.00.
|
Tur guide kami sedang mengambil daun untuk menjelaskan bahwa getah daun pada pohon ini sangat berbahaya dan bisa membutakan. Wawasan bapak ini luas banget, dan suka menginfokan hal-hal menarik yang kita, para turis, ngak tau sebelumnya. |
|
Titik awal dan akhir dari Bat Cave. |
|
Peta area Bat Cave. |
|
Di Bat Cave ini banyak monyet, sehingga dilarang keras membawa plastik kresek/bungkusan. Karena bisa diambil sama monyet yang lincah ini. Aku sudah melihatnya sendiri! |
|
Hotspot buat foto di Kilim Geopark. Dari titik ini, tinggal 20 menit lagi ke Thailand loh! |
|
Feeding fish. Ikan-ikan ini langsung mengerombol saat dikasih roti. Mereka pun lahap banget makannya. Untuk melindungi ekosistemnya, lebih baik sih kita ngak ikut-ikutan kasih makan mereka (selfreminder juga buat aku yang suka lepas kendali karena lihat orang-orang asyik kasih makan ikan T_T). |
|
Tebing yang indah di tempat pemberhentian kami saat feeding fish. |
|
Feeding fish di floating fish farm. Kalau yang ini ikan-ikannya ditambak dan katanya sih memang dipelihara untuk atraksi. Anak ini adalah salah satu pawang ikan di sini, dan dalam foto sedang memberi makan pada ikan pari yang gedenya sama kayak yang kasih makan. Gede banget! |
|
Di beberapa tempat di Indonesia, hewan ini disebut Mimi Mintuno. Ada juga yang bilang Belangkas. Klo di sini? Aku lupa. Hahhaha. |
Usai menjelajah Mangrove + Kilim Geopark dan kembali ke penginapan, aku istirahat sebentar sebelum jalan-jalan sore ke pantai, sambil menanti sunset.
|
Di pantai, kamu bisa menemukan stan-stan yang menjual jasa tur hop-hop island dan mangrove. |
|
Pantai Cenang. |
|
Mobil pun bisa masuk ke pantai. |
|
Langit sore di Pantai Cenang. |
|
Menunggu sunset. |
Setelah matahari tenggelam, tujuan berikutnya adalah hunting makan murah di pasar malam. Ini beneran murah-murah harganya, sekitar 1-10 RM. Pasar malam di Langkawi ini berganti-ganti tempat setiap hari. Untuk memastikannya, kamu bisa tanya ke bagian resepsionis atau supir taksi letak pasar malam hari itu. Berikut daftar lokasi pasar malam yang diambil dari
sini:
Hari | Lokasi Pasar Malam | Hint Lokasi | Nota |
Isnin | Ulu Melaka | Jalan Makam Mahsuri Lama | |
Selasa | Kedawang | | |
Rabu | Kuah | cari Baron Hotel | Paling besar |
Khamis | Temonyong | ini di Kampung Temonyong, Cenang | |
Jumaat | Ayer Hangat | Padang Lalang | |
Sabtu | Kuah | cari Baron Hotel | Paling besar |
Ahad | Padang Mat Sirat | dekat Beras Terbakar |
Biasanya pasar malam ini buka dari jam 5.30 sore sampai jam 22.00. Nah, karena saya menikmati sunset dulu dan Maghriban, jadilah baru ke pasar malam, yang hari itu ada di Kuah, sekitar jam 19.30. Ke pasar malam ini aku menggunakan Grabcar dengan lama perjalanan sekitar 30 menit dan biaya sekitar 25 RM, lebih murah daripada naik taksi yang biayanya sekitar 30 RM.
Sesampainya di sana, ternyata cukup banyak makanan yang sudah terjual, karena banyak kios-kios yang isinya sudah tinggal setengahnya, bahkan hanya 1-3 item aja. Tapi masih beruntung bisa icip-icip, dan juga bisa menghemat pengeluaran. Karena ternyata, dengan makanan yang tersisa saja aku kalap, apalagi kalau semuanya masih full!
|
Kuih bunga dengan isian pisang, yang dimakan dengan dicocol cokelat. Enak. Harganya 3 RM jika tidak salah. |
|
Jus mangga. Tapi manis banget rasanya, ngak kuat! Tapi enak sih. hohoho. |
|
Aku lupa nama makanan ini, tapi rasanya macam serabi solo, gurih. |
|
Ini macam lumpia dengan isian sayur. Aku beli pas pengabisan, jadi dari yang semula 2 RM dapat 3, jadi 1 RM dapat 3. |
|
Kesukaanku nih, kembang tahu, Bedanya, kalau di Indonesia pakai air jahe, kalau ini pakai gula merah. Dan rada mahal sih, 5 RM 1 nya, tapi lebih murah kalau beli 2. Sayangnya, ini dah banyak banget yg dibeli, ntar jadi kebuang percuma. |
|
Ini nasi goreng yang dibalur dengan telur dadar dan pakai saos merah. |
|
Ala-ala ayam popchon ini, ayamnya dipotong kecil-kecil trus dimakan pakai saos kacang. Tusukannya lucu, payung gitu. hahaha. |
|
Selain makanan, ada juga yang jual pakian dan aksesori seperti ini. |
Hari Ketiga
Ini adalah hari terakhir di Langkawi. Tujuan hari ini adalah naik Cable Car (SkyCab) yang merupakan cable car terpanjang di Malaysia, Skybridge-nya yang katanya tertinggi di dunia, Telaga Tujuh (Seven Wells Waterfall), dan Dataran Lang.
Karena jam check out paling telat jam 13.00, dan kemungkinan malah buang-buang waktu karena bolak-balik, jadi pagi ini aku langsung check out dan menitipkan tasku di penginapan. Dari penginapan aku pesan Grabcar yang biayanya sekitar 26 RM.
Nah, beruntunglah aku. Ternyata supir Grabnya ini menawarkan diri untuk nganter aku berkeliling sesuka aku, seharian (total 8 jam) dengan tarif 150 RM. Harga ini mungkin lebih mahal daripada ketengan naik Grab, tapi buatku bolehlah karena aku ngak perlu turun naik dan cari-cari Grab, serta supirnya ini bisa jadi guide juga. Misalnya, pas makan siang diajak aku ke restoran yang jual kerabu bronok. Kerabu ini, kata dia, adalah makanan khas yang hanya ada di Langkawi. Kerabu bronok sendiri adalah hewan yang rupanya mirip timun laut/teripang. Nah, ini aku baru tau dari dia. Makannya seneng juga ada guide asli yang bisa kasih tau tempat-tempat asyik. Lalu, rasa kerabunya gimana? Aneh sih menurutku. Kenyal-kenyal keras. Mungkin karena aku bukan penyuka makanan laut kali ya, untuk penyuka makanan laut bisa aja akan berbeda pendapat.
|
Ini data bapaknya jika berminat. |
Tempat pertama yang kudatangi adalah Cable Car. Saat itu sekitar pukul 9.00 dan ternyata sudah panjang antreannya. Mungkin karena hari minggu dan bertepatan dengan libur sekolah ya. Tapi, kalau aku baca-baca blog sih memang tempat ini sering banget rame, jadi lebih baik datang pagian aja, juga biar tidak terlalu panas saat di atas.
|
Antrean tiket SkyCab. Terlihat sepi karena yang antre hanya leader tournya, sedangkan kelompok turnya bisa banyaaaaaak banget T_T. |
|
Antrean menaiki cable car yang mengular sampai luar. |
|
Bahkan sampai distop du;i antreannya saking banyaknya orang. |
|
Antrean di bagian dalam (atas). Dinding berwarna hijau itu adalah titik foto yang fotonya bisa diambil dengan membayar sekitar 15 RM. |
|
Ready to go. |
|
Antre mengikuti garis ini sebelum masuk ke cable car. |
Tiket SkyCab ini bervariasi, detailnya bisa cek di
sini. Nah, aku ambil tiket yang termurah, yaitu 55 RM. Aku beli tiket ini on the spot, dan mesti menunjukkan kartu identitas. Saat antre menuju Cable Car, akan ada titik foto. Di situ kita akan difoto dan nanti akan diberikan kertas nomor foto. Jika kita mau ambil fotonya (berbayar) tinggal tunjukkan kertas tersebut.
Tempat kedua adalah Skybridge. Cable Car punya 2 pemberhentian, untuk sampai ke Skybridge kita turun di pemberhentian kedua. Lalu, ada apa di pemberhentian 1? Aku kurang tau karena tidak berhenti di sana dan memilih langsung ke pemberhentian ke-2. Selain lelah mengantre lagi di pemberhentian 1 menuju pemberhentian 2, katanya di pemberhentian 1 tidak terlalu menarik. Hanya teleskop untuk mengamati Langkawi di kejauhan.
Turun dari Cable Car akan diarahkan terlebih dahulu ke atas, ke tempat teleskop untuk melihat pemandangan sekitar. Tapi pakai teleskop ini ayar sekitar 1 RM. Setelah dari teleskop ini, kita turun kembali ke tempat turun Cable Car tadi, lalu beli tiket untuk ke Skybridge. Di sini ada 2 tipe tiket: Tiket dengan menggunakan SkyGlide, yaitu semacam lift dengan rel, dan berjalan kaki. Untuk SkyGlide tiketnya seharga 10 RM, sedangkan jalan kaki 5 RM. Nah, aku memilih jalan kaki. Jaraknya sekitar 500 meter, dengan anak tangga sekitar 300. Terlihat pendek sih, tapi karena naik-naik ke puncak gunung, jadinya ngos-ngosan. Tapi seru!
|
Pemandangan dari atas, tempat teleskop di pemberhentian ke-2. |
|
Saking tingginya, terlihat pulau yang ada di kejauhan. |
|
Yang berupa tenda putih itu adalah Cable Car pemberhentian 1. |
|
Malaysia rasa Korea Selatan. Ini seperti gembok cinta di Namsan Tower di Korea Selatan, kan? |
|
Disediakan tempat untuk istirahat bagi yang memilih jalur jalan kaki (nature walk). |
|
Nature walk menuju Skybridge. |
|
Pemandangan dari Skybridge. Yang di foto ini adalah cable car pemberhentian 2. |
|
Cable car dan viewing deck (teleskop). |
|
Pemandangan lain dari Skybridge. |
Puas berfoto ria ditemani angin kencang (angin di sini sangat kencang, jadi hati-hati dengan bawaan, terutama yang pakai topi), aku menuju destinasi berikutnya: Telaga Tujuh. Dari area SkyCab ini bisa berjalan kaki menuju Telaga Tujuh, mungkin sekitar 15 menit. Rencana awalku adalah berjalan kaki menuju Telaga Tujuh ini, tetapi karena sudah sewa mobil, jadilah aku tinggal naik mobil dan turun di depan pintu masuknya. Untunglah, karena ternyata aku cukup lelah juga setelah nature walk, dan semakin lelah saat naik ke Telaga Tujuh. Hari ini benar-benar olahraga ria. Hahaha.
Menuju Telaga Tujuh sama sekali tidak bayar. Tinggal masuk saja. Sebelum naik ke atas, ada warung yang menjual es krim dan kelapa. Es krimnya enak, tapi lupa harganya, mungkin 4 RM. Trus selepas mendaki, minum es kelapa, duh nikmat banget.
FYI, saat masuk ke area Telaga Tujuh, ada 2 jalur bercabang dekat toilet. Ke kiri merupakan area Telaga Tujuh yang pendek. Kamu bisa ke sini jika malas menempuh puncak Telaga Tujuh yang harus menaiki beberapa ratus anak tangga. Tapi aku kurang tau seberapa jauh dari toilet ini, karena aku tidak ke sana, Aku langsung ke atas (lurus dari percabangan toilet itu) menuju puncak Telaga Tujuh.
|
Informasi Telaga Tujuh dan berapa anak tangga lagi yang akan kamu tempuh. |
|
Kalau lelah, bisa duduk-duduk dulu di sini. |
|
Selain bangku, ada juga shelter seperti ini. |
|
Ratusan anak tangga telah menanti. |
|
Kalau jalanannya sudah rata begini, itu tandanya Telaga Tujuh akan segera terlihat. |
|
Welcome to Telaga Tujuh. Selamat berenang! |
|
Spot foto lain di Telaga Tujuh. |
Usai menikmati Telaga Tujuh, waktunya makan siang yang sudah sangat lewat. Untuk makan siang ini aku makan nasi kerabu di tempat makan lokal sini. Di sini, banyak sekali ketemu kata-kata unik. Salah satunya adalah durian belanda. Kau tau apa itu? Ternyata sirsak!
Next destination, tempat terakhir, sebelum ke airport untuk kembali ke tanah air, adalah Dataran Lang. Dataran Lang ini berada persis di samping pelabuhan Jetty. Karena cukup banyak yang menggunakan pelabuhan ini, jadi tempat parkirnya sangat penuh dengan mobil. Kebanyakan adalah parkir inap.
Tip: area Pantai Cenang adalah area turis banget. Ibarat Bali, dia adalah Kuta-nya Langkawi. Karena benar-benar seperti Kuta yang ramai dengan turis dan toko-toko. Karenanya, area ini emang enak banget kalo ingin mudah cari makan. Tinggal keluar dari penginapan bisa langsung menemukan ragam makanan atau baju-baju yang diinginkan, tak perlu naik mobil.
Namun, kalau mau honeymoon atau jauh-jauh dari keramaian, lebih baik cari yang rada jauh dari Pantai Cenang, mungkin sekiatr 1 km dari pusat Pantai Cenang. Misalnya BellaVista, Alia Residence Business Resort, dan lainnya. Tapi perlu diingat, karena rada jauh dari pusat turis, di sini rada sepi tempatnya dan jarang ada toko-toko atau restoran. Jadi, perlu berkendara kalau mau keluar cari makan.
|
Pemandangan Langkawi selepas keluar pusat area Pantai Cenang. |
|
Di luar Pantai Cenang lebih banyak ditemukan tanah kosong seperti ini. |
|
Tempat makan yang letaknya di area sepi bangunan. Dan tempat makan di sini ada yang bukanya hanya beberapa saat saja, tidak 24 jam atau siang hingga malam, sesuai stok makanannya. Kalau sudah habis langsung tutup. Dan biasanya setelah jam makan siang sudah langsung tutup karena sudah habis, Karenanya, sering aku menemukan tempat makan yang kosong di pulau ini. |
|
Sebaliknya, di Pantai Cenang padat sekali dengan bangunan di sana sini, juga kendaraan. Dulu jalan ini dua arah, tapi karena banyaknya kendaraan sehingga dijadikan satu arah. |
|
Jajaran toko di pusat area Pantai Cenang. |
|
Malam hari pun masih ramai aktivitas. |
Happy traveling dan semoga bermanfaat ^^.
Komentar
Posting Komentar